MATERI KOMUNIKASI DAN PENYULUHAN DIFUSI DAN PERUBAHAN SOSIAL

DIFUSI DAN PERUBAHAN SOSIAL
FAKTOR PENTING DALAM PENYEBARAN INOVASI
}  Kesesuaian inovasi dengan kepercayaan dan budaya masyarakat
}  Memanfaatkan kelompok acuan dengan tepat
}  Pendekatan dengan tokoh masyarakat
}  Berorientasi pada sasasaran bukan pada “inovasi”
PERUBAHAN SOSIAL
}  Adalah proses dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial
}  Proses perubahan sosial terdiri dari 3 tahap:
            (1) invensi;
            (2) difusi;
            (3) konsekwensi;
}  Invensi= proses dimana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan
}  Difusi = proses dimana ide-ide baru dikomunikasikan ke dalam sistem sosial
}  Konsekwensi = perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi.
}  Perubahan kontak terjadi jika sumber dari luar sistem sosial memperkenalkan ide baru.
}  Perubahan kontak selektif terjadi jika anggota sistem sosial terbuka pada pengaruh dari luar dan menerima atau menolak ide baru tersebut berdasarkan kebutuhan yang mereka rasakan sendiri.
}  Perubahan kontak terarah/terencana adalah perubahan yang disengaja dengan adanya orang luar atau sebagian anggota sistem yang bertindak sebagai agen pembaharu yang secara intensif berusaha memperkenalkan ide-ide baru itu untu mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh lembaga dari luar.
KATEGORI/KLASIFIKASI ADOPTER:
Menurut Rogers dan Shoemaker, ada lima kategori adopter:
  1. Golongan Perintis (Innovators)
  2. Golongan Pengetrap dini (early adopters)
  3. Golongan Pengetrap Awal (the early majority)
  4. Golongan Pengetrap Akhir (the late majority)
  5. Golongan Penolak atau kaum kolot (Laggards)
Golongan Perintis/Inovator
ž  Sering disebut sebagai pelopor atau orang yang paling cepat mengadopsi
ž  Jumlah orang ini tidak banyak dalam suatu wilayah
Ciri-ciri orang inovator:
ž  Orang maju, status ekonomi dan sosialnya lebih tinggi dibandingkan yang lainnya.
ž  Pengetahuan dan pengalamannya cukup luas
ž   Penghasilan cukup tinggi
ž  Memiliki kegemaran dan kesempatan untuk mencoba hal-hal yang masih baru
ž  Memiliki keaktifan hubungan ddengna dunia luar
ž  Umurnya  umumnya setengah baya (40 thn)
Peranan dalam kegaitan penyuluhan:
ž  Kurang berperan mempengaruhi petani
ž  Tidak dekat dengan petani
ž  Tidak aktif membantu menyebarkan informasi kepada petani lain.
Golongan pengetrap dini:
ž  Lebih banyak jumlahnya dari pelopor.
ž  Rata-rata umur relatif lebih muda,
ž  Pendidikan cukup tinggi
ž  Biasanya cukup aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
ž  Status sosialnya cukup tinggi
ž  Cukup disegani dimasyarakat karena memiliki banyak gagasan dan prakarsa.
Peranan dalam kegiatan penyuluhan;
ž  Sangat baik diajak bekerjasama mitra kerja petugas penyuluh pertanian dalam penyebaran informasi pertanian.
Golongan pengetral awal:
ž  Disebut gol. Penganut awal.
ž  Disebut tokoh setempat
ž  Jumlahnya relatif lebih banyak dari gol pengetrap dini
ž  Golongan yang mudah terpengaruh jika memang disadari teknologi tersebut dinyakini keunggulannya.
ž  Pendidikan dan pengalamannya sedang atau cukup
ž  Dihormati sebagai tokoh dalam masyarakat.
ž  Memiliki sifat kepemimpinan dan keteladanan
ž  Mungkin pula usahataninya menonjol
ž  Tingkat ekonominya sedang-sedang saja.
ž  Biasanya suka membaca mengikuti media masa
ž  Merupakan petani maju, petani teladan dan kontak tani.
Peranan dalam kegitan penyuluhan:
ž  Meraka diikutsertakan dan diminta bantuannya  dalam kegiatan penyuluhan pertanian
ž  Misalnya dalam demontrasi cara atau percontohan-percontohan
ž  Golongan ini akan mempengaruhi petani lain untuk mengikutinya.
Golongan pengetrap akhir:
ž  Golongan yang lambat mengadopsi inovasi
ž  Umurnya rata-rata agak tua di atas 45 tahun.
ž  Status ekonominya rendah
ž  Hub dengan dunia luar kurang
ž  Hasrat untuk membaca kurang
ž  Tidak aktif dalam kegiatan2 organisasi.
ž  Jumlahnya cukup banyak sama dengan gol pengetrap awal.
Golongan penolak (Laggards):
ž  Merupakan gol. Penolak atau kaum kolot
ž  Umur di atas 50 tahun
ž  Pemikirannya sangat suakr untuk dirubah, bersifat statis dan pasip
ž  Kurang semangat bekerja dan kurang bergaul.
Grafik distribusi jumlah adopter dari 5 kategori:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi:
  1. sifat-sifat inovasi
  2. Jenis keputusan inovasi
  3. Saluran komunikasi
  4. Sifat-sifat sistem sosial
  5. Intensitas kegiatan penyuluhan
Sifat-sifat inovasi:
  1. Keuntungan relatif
  2. Kompatibilitas
  3. Kompleksitas
  4. Triabilitas
  5. observabilitas
Jenis keputusan inovasi:
  1. Kolektif
  2. Optional
  3. Otoritas/kekuasaan
Saluran komunikasi:
  1. Media massa
  2. Interpersonal
Sifat-sifat sistem sosial:
  1. Modern/tradisonal
  2. Pola komunikasi
  3. Lain-lain




Pelayanan penyuluhan:
  1. Intensitas penyuluhan
  2. Kredibilitas penyuluh
  3. Hubungan dengan sasaran
  4. Kepribadian penyuluh
Perbedaan proses difusi dan adopsi:

PROSES DIFUSI DAN ADOPSI INOVASI PERTANIAN
  Proses adopsi inovasi
  Proses difusi inovasi
  Kategori adopter
  Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi dalam masyarakat

Pengertian Adopsi:
  Adopsi inovasi adalah suatu proses yang terjadi pada pihak sasaran (petani dan keluarganya) sejak suatu hal baru diperkenalkan sampai orang tersebut menerapkan (mengadopsi) hal baru tersebut.
Tahap-tahap Adopsi:
  Tahap Kesadaran (Awareness)
  Tahap Minat (Interest)
  Tahap Penilaian (Evaluation)
  Tahap mencoba (Trial)
  Tahap Adopsi (Adoption)
Tahap Sadar:
  penyuluhan membuat petani sadar tentang adanya suatu yang baru (inovasi), akan tetapi keterangan (informasi) mengenai hal ini masih sangat kurang.
  Tahap kesadaran dipengaruhi oleh beberapa faktor:
-          Kontak petani dengan sumber-sumber informasi di luar masyarakatnya.
-          Kontak petani dengan individu dan kelompok dalam masyarakat
-          Tersedianya media komunikasi
-          Adanya kelompok-kelompok dalam masyarakat
-          Bahasa dan kebudayaan
Tahap Minat:
  Ditandai dengan adanya kegiatan mencari keterangan-keterangan yang lebih banyak tentang hal-hal yang baru diketahuinya (apa, bagaimana, dan apa kemungkinan jika dilaksanakan sendiri).
  Tahap minat pada proses ini dapat terjadi bila petani merasa atau percaya bahwa inovasi ini memungkinkan untuk dilaksanakan.
  Ketertarikan petani terhadap inovasi mungkin dikarenakan petani telah memiliki keterampilan, dana tersedia dan sarana usahatani yang tersedia.
  Penyuluh harus menyadari bahwa petani tidak akan berminat terhadap suatu inovasi bila petani tidak memiliki keyakinan bahwa dia memiliki kemampuan untuk mempraktekannya, dan inovasi tersebut cocok atau sesuai dengan kebutuhan dan persoalan-persoalan yang dihadapi.
  Tugas seorang penyuluh menanamkan keyakinan pada diri petani, bahwa inovasi tersebut dapat dilakukan oleh petani dan bermanfaat bagi pengembangan usahataninya.
  Tahap minat dipengaruhi oleh:
-          Tingkat kebutuhan
-          Kontak dengan sumber-sumber informasi
-          Keaktifan mencari sumber informasi
-          Adanya sumber-sumber informasi secara mendetail
-          Dorongan dari masyarakat setempat.
Tahap Penilaian:
  Pada tahap ini petani mulai menimbang-nimbang hal baru itu apakah sesuai dengan kondisi, harapan-harapan, sumberdaya yang dimiliki, kemampuan manajemen dll.
  Petani akan mengambil keputusan apakah dia akan terus mencobanya atau tidak. Sekali orang menjadi tertarik terhadap suatu inovasi, ia mulai pd proses penilaian.
Contoh:
  Petani mencari informasi lebih banyak tentang suatu varietas baru:
-          Berapa jangka waktu atau umur varietas itu?
-          Sarana lain apa yang dibutuhkan?
-          Berapa biaya yang diperlukan?
-          Apakah sudah cukup dana yang tersedia?
-          Dapatkan sarana yang dibutuhkan  dalam jumlah dan waktu diperlukan?
-          Berapakah harganya, apakah tidak terlalu mahal?
-          Bagaimana daya tahan varietas tersebut?
-          Berapa keuntungan yang bisa diperoleh?
  Hasil penilaian petani akan menentukan proses berikutnya, apakah akan mencoba varietas baru atau tidak mencoba sama sekali.
  Tahap penilaian dipengaruhi beberapa faktor:
-          Pengetahuan tentang keuntungan relatif dari praktek inovasi itu
-          Tujuan dari usahataninya
-          Pengalaman dari petani lain
Tahap Mencoba:
  Pada tahap ini petani berada pada tahap proses adopsi.
  Petani mulai melakukan praktek untuk mencoba pada areal usahatani yang diusahakan.
  Tahap mencoba adalah tahap yang berupa tindakan.
  Penyuluh harus berusaha agar orang yang mencoba jangan sampai kecewa.
  Dalam mencoba petani juga melakukan penilaian
  Pada umumnya orang cenderung untuk berhati-hati terhadap sesuatu yang baru, karena setiap inob=vasi selalu ada risikonya.
  Tahap mencoba dipengaruhi oleh beberapa faktor:
-          Keterampilan khusus yang telah dimiliki petani
-          Kepuasan pada cara-cara lama
-          Keberanian menanggung risiko
-          Penerangan tentang cara-cara praktek khusus
-          Faktor-faktor alam, harga dsg.
Tahap Adopsi:
  Tahap ini adalah tahap terakhir dalam rangkaian tahap adopsi.
  Petani memutuskan apakah dia akan mengadopsi atau menolak teknologi yang dianjurkan.
  Pada berbagai kasus petani mungkin telah mengadopsi inovasi tersebut, tetapi selanjutnya menolaknya kembali, atau mungkin petani menolak inovasi, tetapi dalam beberapa waktu kemudian dia mengadopsinya kembali.
  Faktor-faktor yangmempengaruhi tahap adopsi:
-          Kepuasan pada pengalaman pertama
-          Kemampuan petani dalam mengelola usahatani
-          Ketersediaan dana dan sarana yang diperlukan (tepat waktu, mutu, jumlah dan harga)
-          Analisis keberhasilan/kegagalan
-          Tujuan dan minat keluarga
Tahap-Tahan Adopsi:
  Pengenalan
  Persuasi
  Keputusan
  Konfirmasi
Dissonansi tindakan
  Adalah ketakselarasan antara sikap dan tindakan yang diambil.
  Jika petani sadar  dan menyukai suatu inovasi maka ia akan menerima inovasi itu, jika karena suatu hal ia terpaksa menolak maka terjadi dissonansi antara apa yang dipercayai dengan tindakan apa yang dia lakukan, atau sebaliknya.
  Biasanya orang menghindari terjadinya dissonansi tindakan dengan melakukan pencarian informasi yang mendukung keputusannya.
Diskontinuansi:
  Keputusan seseorang untuk menghentikan penggunaan inovasi setelah sebelumnya menghadopsi.
  Ada dua macam diskontinuansi: diskontinuansi karena mengganti inovasi, dan diskontinuansi karena kecewa.
  Diskoontinuansi pertama adalah keputusan untuk menghentikan penggunaan inovasi karena ia menerima ide baru yang lebih baik (menurut pandangannya).
  Diskontinuansi yang kedua adalah keputusan untuk mogok sebagai akibat dari ketidak puasan terhadap hasil inovasi. Seperti tidak cocok baginya dan relatif tidak memberi keuntungan. Atau ketidak tepatan penggunaan inovasi.
  Diskontinuansi karena kecewa ini kebanyakan terjadi bagi adopter yang lambat mengadopsi.
  Karakteristik petani yang lambat mengadopsi seperti: pendidikan kurang, status sosial rendah, kurang kontak dengan penyuluh, dll.


Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter