Mendekati jam-jam makan, perut terasa sudah mulai lapar dan keroncongan. Tiba-tiba bunyi keruyuk dari dalam perut pun terdengar. Saat bunyi ini terdengar nyaring di depan teman-teman, Anda pasti merasa malu.
Bagaimana tidak, ini tandanya Anda merasa kelaparan. Meski malu, Anda harus tahu bahwa bunyi keruyuk atau yang dikenal dengan bunyi keroncongan ini merupakan sebuah proses penting dari pencernaan. Dan bunyi ini mungkin saja memainkan peran untuk mengetahui gangguan obesitas dan usus.
Bunyi perut ini lebih dari sekadar tanda bahwa Anda kelaparan. Bunyi ini berasal dari kontraksi pencernaan di mana membersihkan usus dari partikel makanan yang tertinggal. Selain membersihkan sisa makanan, Dr Toku Takahashi, seorang profesor dan ahli pencernaan di Medical College of Wisconsin mengungkapkan kontraksi otot ini juga akan membersihkan bakteri berlebih yang tak dibutuhkan tubuh.
Mengutip Time, Takahashi mengatakan bunyi gemuruh dalam perut adalah salah satu fase dari proses besar dalam perut. Proses ini disebut mograting motor complex (MMC). Proses ini menjamin perut dan usus tetap aktif dan terus membersihkan sisa-sisa makanan di antara waktu makan.
Sekitar dua jam setelah perut kosong, usus akan memproduksi hormon yang merangsang saraf lokal untuk mengirim sinyal lapar ke otak.
Otak menjawab dengan sinyal yang memungkinkan proses peristaltik dimulai. Dua hasil terbentuk. Pertama, pertama kontraksi untuk membersihkan sisa makanan. Kedua, getaran perut kosong yang membuat Anda merasa lapar. Kontaksi ini akan berjalan datang dan pergi setiap jam. Umumnya akan berlangsung antara 10-20 menit, sampai perut kembali terisi makanan.
Intinya, bunyi perut ini sebenarnya normal dan sehat. Hanya saja dalam beberapa kasus, ada orang yang mengalami bunyi perut yang tak biasa dan lama. Ini bisa jadi pertanda masalah serius di pencernaan.
Aspek bunyi perut ini ternyata juga bisa meningkatkan risiko Anda terhadap obesitas. Rasa lapar datang dari otak, tapi ini berdasarkan sinyal kimia otak yang diterima dari usus. Saat perut keroncongan, Anda merasa sangat lapar. Akibatnya, Anda akan merasa mampu untuk menyantap semua makanan yang tersaji di meja. Anda makan tanpa pikir panjang dan mengabaikan sinyal kenyang yang dikirimkan. Lama-kelamaan hal ini bisa menyebabkan obesitas.
Dr Jan Tack, profesor kedokteran yang belajar tentang gangguan pencernaan di Belgium University of Leuven mengungkapkan bawa rasa lapar dan juga MMC yang berbeda ternyata dipicu oleh hormon usus yang disebut motilin.
"Penelitian menunjukkan bahwa motilin yang meningkatkan sinyal lapar sudah berubah pada orang yang mengalami penurunan berat badan dan juga obesitas," katanya.
Tingkat motilin seseorang juga berubah seiring dengan prosedur kesehatan yang dilakukannya, misalnya operasi bypass lambung. Dia menambahkan motilin akan memengaruhi cara Anda menikmati kesenangan saat makan.
Meski penelitian ini masih terbilang baru, namun manipulasi motilin dan respons MMC bisa dianggap sebagai cara baru untuk mengatasi obesitas. Selain itu masalah dispepsia dan kesehatan usus lainnya juga bisa diatasi.(CNNIndonesia)
Nah begono...bukanya cacing yang lagi demo minta makan sobat...hihihih....
Post a Comment
Post a Comment