Kata falsafah adalah bahasa Arab. Dalam bahasa Yunani adalah philosophia (philo = cinta ; Sophia = hikmah). Falsafah dalam bahasa Greek berarti love of wisdom, cinta akan kebijaksanaan yakni menunjukkan harapan/kemajuan untuk mencari fakta dan nilai kehidupan yang luhur. Plato (filosof Yunani) mengartikan falsafah sebagai ilmu pengatahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli. Walter Kaufmann, menyebutkan bahwa falsafah adalah pencarian kebenaran dengan pertolongan fakta-fakta dan argumentasi.
Kegiatan penelitian dan penyuluhan sangat berkaitan dan saling memerlukan, karena itu kebersamaan antara peneliti/lembaga penelitian dan penyuluh/lembaga penyuluh perlu terbina dengan baik dan intim. Falsafah keduanya (penelitian dan penyuluhan) antara lain adalah sebagai berikut :
- Selalu mengusahakan pembaruan dan modernisasi IPTEKS.
- Kebutuhan/keinginan/masalah masyarakat klien merupakan kegiatan primadona peneliti dan penyuluh.
- Selalu mengikuti/sejalan dengan perkembangan dan kemajuan.
- Meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha.
- Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran klien dan masyarakat pada umumnya.
- Meningkatkan kebersamaan/kerjasama (antara penyuluh dan peneliti dan antara peneliti/penyuluh dengan pengguna IPTEKS/masyarakat klien).
Penyuluhan adalah kegiatan mendidik orang (kegiatan pendidikan)dengan tujuan mengubah perilaku klien sesuai dengan yang direncanakan/dikehendaki yakni orang makin modern. Ini merupakan usaha mengembangkan (memberdayakan) potensi individu klien agar lebih berdaya secara mandiri.
Ciri-ciri orang Modern menurut Inkeles (Inkeles, 1966 : 138 - 150 dan Inkeles dan Smith, 1974 : 15 - 25 dalam Asngari, 2001) antara lain :
- Terbuka dan siap menerima perubahan (pembaruan) : pengalaman baru, inovasi baru, penemuan baru yang lebih baik, dll,
- Orientasinya realistik/demokratis : berkecenderungan membetuk/menerima pendapat lingkungan,
- Berorientasi masa depan dan masa kini, bukannya masa silam,
- Hidup perlu direncanakan dan diorganisasikan,
- Dia belajar menguasai lingkungan (tidak pasrah),
- Rasa percaya diri tinggi (dunia di bawah kontrolnya),
- Penghargaan pada pendapat orang lain (tiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan),
- Dia optimis,
- Memberi nilai tinggi pada pendidikan formal,
- Percata pada IPTEK (dan perkembangannya), serta
- Percaya bahwa imbalan harus seimbang dengan kontribusinya (prestasinya).
2. Beberapa falsafah penyuluhan antara lain :
1. Falsafah mendidik/pendidikan (bukannya klien “dipaksa-terpaksa terbiasa”)
Ki Hajar Dewantoro (Syarif Tayeb, 1977) menyebutkan bahwa dalam proses pendidikan digunakan falsafah : “hing ngarsa sung tulada, hing madya mangan karsa, tut wuri handayani.
Ki Hajar Dewantoro (Syarif Tayeb, 1977) menyebutkan bahwa dalam proses pendidikan digunakan falsafah : “hing ngarsa sung tulada, hing madya mangan karsa, tut wuri handayani.
- - hing ngarsa sung talada = memberi/menunjukkan arah akan perubahan
- hing madya mangun karsa = merangsang terjadinya perubahan
- tut wuri handayani = mengembangkan dan mewujudkan potensi klien.
2. Falsafah pentingnya individu : Pentingnya individu ditonjolkan dalam pendidikan/penyuluhan pada umumnya, sebab potensi diri pribadi seseorang individu merupakan hal yang tiada taranya untuk berkembang dan dikembangkan.
3. Falsafah Demokrasi : Klien diberi kebebasan untuk berkembang agar mereka dapat mandiri sekaligus dapat bertanggungjawab sesuai dengan perkembangan intelektualnya.
4. Falsafah Bekerjasama : Falsafah Ki Hadjar Dewantoro “hing madya mangun karsa” mengandung makna adanya kerjasama antara penyuluh/agen pembaruan dengan klien. Penyuluh bekerjasama dengan klien agar klien aktif berprakarsa (dalam proses belajar) mengembangkan usaha bagi dirinya.
5. Falsafah “Membantu Klien Membantu Diri Sendiri.” Thompson Repley Bryant (Vines dan Anderson, 1976 :81 dalam Asngari, 2001), seorang penyuluh kawakan Amerika Serikat, menggaris bawahi falsafah ini dengan mengatakan : Makna falsafah ini menunjukkan landasan orientasi pentingnya individu membantu diri sendiri. Dari falsafah ini pula dikembangkan landasan kegiatan "dari mereka, oleh mereka, dan untuk mereka."
6. Falsafah Kontinyu/berkelanjutan : Dunia berkembang, manusia berkembang, ilmu berkembang, teknologi berkembang, sarana berkembang, usaha berkembang, jadi harus sesuai dengan perkembangan : 1) materi yang disajikan, 2) cara penyajian, dan 3) alat bantu penyajian.
7. Falsafah Membakar Sampah (secara tradisional, baik individual, maupun berkelompok).
- Ini analogi ; kemungkinan sampahnya “basah semua” siram dengan minyak tanah (jangan sekali-kali dengan bensin) lalu dibakar (kadang-kadang perlu beberapa kali disiram minyak tanah dan dibakar sampai ada yang kering dan merambat mempengaruhi kekeringan yang lain), ini pendekatan kelompok yang semuanya belum membangun.
- Bagi seorang individu, falsafah ini pun berlaku, dengan bertahap penuh kesabaran menunggu perkembangan. Falsafah ini memang harus dilandasi adanya kesabaran menunggu perkembangan individu klien. Inilah kunci proses mendidik/menyuluh untuk mengembangkan dan mewujudkan potensi individu lebih berdaya dan mandiri. Individu lebih berdaya sebagai hasil mendinamiskan diri, sehingga individu mampu berprestasi prima secara mandiri
Post a Comment
Post a Comment